Sabtu, 25 Juni 2011

Sampah Segala Sumpah


maka ketika kuucapkan selamat tinggal, padamu kutanggalkan helaihelai rambut yang memutih. bukan melati, bukan arca malaikat tanpa hati atau kecupan sebilah belati. akulah manusia.
Sementara ditiaptiap tembok persimpangan, graffiti nama kita terukir begitu saja. entah siapa yang teriak, tibatiba serentak semua bergejolak. meski akhirnya cuma kita yang setia pada derik gerobak. sampah segala sumpah.
kemana lagi melarikan mimpi. mata, hari, hati terlalu gersang. tongtong sampah penuh deretan usang catatan pelajaran anakanak kecil bertema keadilan. Entah apa yang makna. Toh buku harian selalu sejelaga tungku batu bara. Mungkin kita yang masih enggan mengerti, menggali airmata di kurusetra masih terlalu tanpaarti.
hanya andai mungkin masih kita punya. tentang esok, apalagi bulan depan, sungguh aku tak tahu. Hari ini lilin belum habis membakar diri. Nanti malam, kita bangun lagi mimpimimpi. Sambil menghancurkan mimpi yang kemarin lusa tak habis kita tangisi.
tapi. aku pergi dulu. Jangan menunggudanmencari bila senja aku tak kembali. tidur, dan jelmakan mimpi kita esok hari. atau mungkin seabad lagi!


Mimpi, simbol ,pertanda dan petualangan akan membawa pembaca seperti mendengar kembali suara suara bijak dalam “The Alchemist” . Dengan bah...