Selasa, 30 Maret 2010

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal di dalam kehidupan manusia. Di manapun dan kapanpun di dunia ini selalu terdapat pendidikan, tak terkecuali bagi bangsa Indonesia. Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Salah satu tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, merupakan tujuan yang menginginkan tercapainya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Untuk maksud tersebut pendidikan dapat dijadikan salah satu cara yang paling tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
Proses pendidikan di sekolah tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dua hal inilah yang berperan dalam proses pertukaran informasi dan pengetahuan baru dari guru ke siswa, dari siswa ke guru maupun siswa ke siswa. Tujuan proses belajar mengajar adalah agar tujuan pembelajaran dapat di kuasai sepenuhnya oleh siswa dan bukan hanya pada beberapa siswa saja.
Untuk mencapai tujuan tersebut tidak hanya di butuhkan kecakapan sesorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran, mengingat adanya perbedaan kemampuan dan potensi setiap siswa dalam menyerap informasi yang diterimanya, namun juga dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang sesuai dengan tujuan serta situasi yang saat pelajaran yang di sampaikan. Adakalanya siswa lebih mudah menerima informasi yang disampaikan oleh temannya dari pada yang di sampaikan oleh gurunya. Hal ini di perkuat oleh pernyataan Slavin yang menyatakan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit apabila mereka dapat berdiskusi dengan temannya. ( Slavin dalam Indana, 1998).
Berdasarkan hasil angket siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Modo tentang pembelajaran biologi tersebut dapat dilihat pada data berikut,Siswa menyukai pelajaran biologi 82,50 %, siswa merasa pelajaran biologi sulit 78,95 %, Metode ceramah lebih sering digunakan guru 71,05 %, Metode diskusi atau belajar kelompok membantu siswa dalam memahami pelajaran 78,95 %, Metode diskusi atau belajar kelompok membantu siswa dalam memahami 100 %, menerima informasi (40,94 %) dari guru dan kurang termotivasi untuk aktif mencari informasi sendiri.
Selain itu, siswa kurang bisa bekerja sama dengan teman dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah diterapkan (5,94 %). Guru juga belum pernah menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Berbasis Kecakapan Hidup (Life Skill).
Metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi keanekaragaman mahkluk hidup lebih sering menggunakan metode ceramah atau menjelaskan saja daripada diskusi kelompok. Hal ini dikarenakan adanya tuntutan untuk menuntaskan penyampaian seluruh materi pelajaran sesuai waktu yang ditentukan.
Untuk itu diperlukan salah satu cara untuk menumbuhkan minat belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan siswa dalam menghadapi permasalahan atau menemukan konsep-konsep dari permasalahan yang ada yaitu dengan model pembelajaran yang cocok dan dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menghadapi permasalahan yang ada. Untuk menentukan suatu model pembelajaran guru harus dapat memadukan antara materi dan model pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan perencanaan.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi masalah pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe (NHT) dengan alasan materi Keanekaragaman Mahkluk Hidup merupakan suatu materi pelajaran yang berisi konsep-konsep yang membutuhkan pemahaman siswa. Materi ini juga sangat berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari, karena dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar di jumpai berbagai macam makhluk hidup dengan ciri yang beranekaragam juga.
Oleh karena itu materi ini sangat menarik untuk diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan kecakapan hidup yang mempunyai keistimewaan yaitu meningkatkan daya pikir siswa, karena pada model ini melibatkan lebih banyak siswa menelaah materi yang yang tercangkup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Selama diskusi kelompok secara tidak langsung dapat mengoptimalkan pendidikan kecakapan hidup khususnya kecakapan sosial dan kecakapan berfikir rasional siswa. Kecakapan sosial dapat dicapai dengan bekerja sama antar teman dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah, mengembangkan kecakapan dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Kecakapan berfikir rasional dapat dilihat dari bagaimana cara siswa dalam memahami dan menyelesaikan soal keanekaragaman makhluk hidup.
Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Berbasis Kecakapan Hidup (Life Skill) pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup Kelas VII Siswa SMP Negeri 1 Modo”.



B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana keterlaksaaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis Kecakapan Hidup (Life Skill) terhadap penguasaan konsep pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup Kelas VII Siswa SMP Negeri 1 Modo ?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendiskripsikan kecakapan berfikir rasional dalam pembelajaran Biologi pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT Berbasis Kecakapan Hidup pada Materi keanekaragaman Makhluk Hidup Kelas VII Siswa SMP Negeri 1 Modo.
2. Mendiskripsikan kecakapan sosial siswa dalam pembelajaran Biologi pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT Berbasis Kecakapan Hidup pada Materi keanekaragaman Makhluk Hidup Kelas VII Siswa SMP Negeri 1 Modo.
3. Menganalisis penguasaan konsep yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT Berbasis Kecakapan Hidup pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup Kelas VII Siswa SMP Negeri 1 Modo.
4. Menganalisis respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT Berbais Kecakapan Hidup pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup Kelas VII Siswa SMP Negeri 1 Modo.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diberikan kepada siswa.
2. Model pembelajaran ini lebih menambah motivasi siswa dalam menyelesaikan tugas belajar sehingga dapat diharapkan prestasi belajar siswa akan meningkat. Selain itu dengan pendekatan kecakapan hidup yang meliputi kecakapan berfikir rasional dan kecakapan sosial akan mengembangkan kecakapan siswa dalam berfikir tingkat tinggi untuk menemukan konsep-konsep yang sulit dan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan teman.
E. Batasan Masalah
Batasan masalah, yaitu :
Penelitian ini hanya menggunakan kecakapan hidup (life skill), yang meliputi yaitu kecakapan berfikir rasional dan kecakapan sosial. Kecakapan berfikir meliputi kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, dan memecahkan masalah. Kecakapan sosial meliputi yaitu kecakapan komunikasi dengan empati, kecakapan bekerja sama.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau kooperatif learning adalah model pembelajaran yang mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Model pembelajaran ini melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat atau lima siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda . Anggota kelompok yang tergantung antara satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama, mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok. Dengan ciri-ciri pembelajaran antara lain yaitu :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah.
c. Bila dimungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih beroroentasi kelompok dari pada individu.
(Ibrahim.dkk, 2006: 6)

2. Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif, yaitu:
a. Siswa dalam kelompok harus beranggapan bahwa mereka ”sehidup semati”
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama antara anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
(Ibrahim. dkk, 2006: 6)
3. Tujuan Belajar dan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak – tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:
a. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas–tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, klas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas bersama-sama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan di dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan dimana masyarakat secara budaya semakin beragam.





4.Langkah – Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.1 Langkah – Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
FASE TINGKAH LAKU GURU
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa



Fase-2
Menyajikan Informasi



Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok – kelompok belajar

Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Fase-5
Evaluasi


Fase-6
Memberikan penghargaan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.



Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.


Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.


Guru membimbing kelompok – kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.


Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing – masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara – cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
(Ibrahim, 2005: 10)
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Pada penelitian ini digunakan pembelajaran kooperatif dengan Pendekatan Struktural tipe Numbered Heads Together (NHT). Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. (Ibrahim.dkk, 2006: 28)
Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah seperti berikut.
Langkah 1: Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggota 3 – 5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
Langkah 2: Mengajukan pertanyaan. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
Langkah 3: Berfikir bersama. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam tim mya mengetahui jawaban itu.
Langkah 4: Menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
(Ibrahim.dkk, 2006: 28)
6. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together merupakan jalan yang efektif untuk meningkatkan daya pikir siswa, karena pada model pembelajaran ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercangkup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim, dkk. 2006).
Selain itu, kelebihan tipe Numbered Heads Together adalah melatih siswa meningkatkan keterampilan berkomunikasi melalui diskusi kelompok, memberikan waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain, dan meningkatkan berpikir siswa baik secara individu maupun kelompok.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together tidak lepas dari kekurangan, diantaranya memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahami materi karena ada diskusi kelompok dan diskusi kelas.
B. Teori yang Terkait dengan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang agak kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensikan sosial dan hubungan antar manusia. Telah dibuktikan pembelajaran kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan antar suku dan etnik, dan kelas yang bersifat multikultural, dan hubungan antar siswa biasa dengan siswa penyandang cacat. Belajar secara kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis dan teori belajar sosial. (Kardi, 2003: 15)
Teori Vigotsky memiliki dua implikasi utama. Pertama adalah hasrat mewujudkan tatanan pembelajaran kooperatif diantara kelompok-kelompok siswa dengan tingkat-tingkat kemampuan yang berbeda. Penuturan teman sebaya yang lebih kompeten akan paling efektif dalam mengembangkan pertumbuhan di dalam zona perkembangan terdekat (Forman & PcPhail, 1989). Kedua, pendekatan ala Vigotsky dalam pengajaran menekankan perancahan (scaffolding), dengan siswa semakin lama semakin mengambil tanggung jawab untuk pembelajarannya sendiri. (Nur, 2004).
Ericson mengembangkan apa yang disebut rasa percaya diri (industry). Interaksi diantara teman sebaya menjadi semakin penting dengan adanya rasa percaya diri. Kemampuan anak untuk bergerak antara dunia tersebut dan mengatasi tugas akademik, aktifitas kelompok, dan teman-teman akan membawa ke arah pengembangan rasa mampu. (Masitah, 2004)
C. Pengintegrasian Kecakapan Hidup (Life Skill) dalam Pembelajaran
1. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education)
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas, antara lain:
a. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan kejuruan.
b. Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu.
c. Brolin (1989) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri.
(Pusat kurikulum, 2006).
Makna kecakapan hidup yang diungkapkan berbeda-beda, namun jika dicermati secara universal kecakapan hidup (life skill) adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi untuk mengatasinya.
2. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education)
Pendidikan dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup, yaitu keberanian menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. Selain itu juga untuk memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna bagi perkembangan kehidupan peserta didik. Demikian pendidikan life skill harus dapat merefleksikan kehidupan nyata dalam proses pengajaran agar peserta didik memperoleh kecakapan hidup tersebut, sehingga peserta didik siap untuk hidup di tengah-tengah masyarakat




Konsep Kecakapan Hidup dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Kecakapan Personal (PS) Kecakapan
Hidup
Kecakapan Sosial (SS) Generik (GLS)

Kecakapan
Hidup (L.S)
Kecakapan Akademik (AS)
Kecakapan
Hidup
Kecakapan Vokasional (VS) Spesik (SLS)

Gambar 2.1 Skema Terinci Kecakapan Hidup
( Samani, 2002: 11)
Dari gambar skema terinci kecakapan hidup, konsep pendidikan kecakapan hidup terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu:
a Kecakapan hidup yang bersifat generik, meliputi:
1) Kecakapan Personal (personal skill), meliputi:
a) Kecakapan mengenal diri (self awareness)
Self awareness pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
2) Kecakapan berfikir rasional
Kecakapan berfikir rasional mencakup antara lain:

a) Kecakapan menggali dan menemukan informasi (information searching)
Kecakapan menggali dan menemukan informasi memerupakan kecakapan dasar, yaitu membaca, menghitung dan melakukan observasi. Oleh karena itu, anak belajar membaca bukan sekedar "membunyikan huruf dan kalimat, tetapi mengerti maknanya, sehingga yang bersangkutan dapat mengerti informasi apa yang terkandung dalam bacaan tersebut.
Siswa yang berlajar berhitung, hendaknya bukan sekedar belajar secara mekanistik menerapkan kalkulasi angka dan bangun, tetapi mengartikan apa informasi yang diperoleh dari kalkulasi itu. Oleh karena itu kontekstualisasi pada mata pelajaran menjadi sangat penting, agar siswa mengerti makna dari apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, sebagai suatu informasi.
Kecakapan melakukan observasi sangat penting dalam upaya menggali informasi. Observasi dapat dilakukan melalui pengamatan fenomena alam lingkungan, melalui berbagai kejadian sehari-hari, peristiwa yang teramati langsung maupun dari berbagai media cetak dan elektronik, termasuk internet. Seringkali kita melihat banyak hal, tetapi apa yang kita lihat tidak menjadi informasi yang bermakna, karena kita sekedar melihat dan tidak memaknai apa yang kita lihat. Melihat dengan cermat dan memaknai apa yang dilihat itulah yang disebut observasi.
b) Kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan (information processing and decision making skill)
Untuk mengetahui solusi atau mendapatkan pemahaman dari informasi yang diperoleh maka diperlukan analisis untuk mengolah informasi tersebut menjadi suatu simpulan dan untuk mengambil pertimbangan langkah yang akan dilakukan selanjutnya. Untuk dapat mengolah suatu informasi diperlukan kemampuan membandingkan, membuat perhitungan tertentu, membuat analogi, sampai membuat analisis sesuai dengan informasi yang diolah maupun tingkatan simpulan yang diharapkan. Siswa perlu belajar mengambil keputusan dan belajar mengelola masalah melalui simpulan-simpulan analisis informasi yang telah diketahui sebelumnya.
c) Kecakapan memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving skill)
Pemecahan masalah yang baik tentu berdasarkan informasi yang cukup dan telah diolah dan dipadukan dengan hal-hal lain yang terkait. Pemecahan masalah memerlukan kreativitas dan kearifan. Kreativitas untuk menemukan pemecahkan yang efektif dan efisien, sedangkan kearifan diperlukan karena pemecahkan harus selalu memperhatikan kepentingan berbagai pihak dan lingkungan sekitanya.
2) Kecakapan Sosial atau kecakapan antar-personal (inter-personal skill), meliputi:
a) Kecakapan komunikasi dengan empati (comunicatio skill)
Empati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi di sini bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan sampainya pesan disertai dengan kesan baik yang akan menumbuhkan hubungan harmonis. Komunikasi dapat melaiui lisan atau tulisan.
Untuk komunikasi lisan, kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan secara lisan perlu dikembangkan. Kecakapan mendengarkan dengan empati akan membuat orang mampu memahami isi pembicaraan orang lain, sementara lawan bicara merasa diperhatikan dan dihargai. Kecakapan menyampaikan gagasan dengan empati, akan membuat orang dapat menyampaikan gagasan dengan jelas dan dengan kata-kata santun, sehingga pesannya sampai dan lawan bicara merasa dihargai.
Untuk komunikasi secara tertulis menjadi kebutuhan hidup karena setiap orang selain memiliki kecakapan membaca juga harus dapat menuliskan gagasannya secara baik. Kecakapan menuangkan gagasan melaiui tulisan yang mudah difahami orang lain dan membuat pembaca merasa dihargai, perlu dikembangkan pada siswa.
b) Kecakapan bekerja sama (collaboration skill)
Kecakapan bekerjasama sangat diperlukan karena sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu bekerjasama dengan manusia lain. Kerjasama bukan sekedar ”kerja bersama” tetapi kerjasama yamg disertai dengan saling pengertian, saling menghargai, dan saling membantu. Seorang akan menjadi rekan kerja yang menyenangkan, jika mau "mengambil tanggung jawab" (take responsibility) dari tugasnya, menghargai pekerjaan orang lain dan ringan tangan membantu teman yang memerlukan.
3) Kecakapan hidup spesifik (Specific Life Skill), meliputi:
(1) Kecakapan Akademik (academic skill)
Kecakapan akademik berkaitan dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran. Kecakapan ini mencangkup antara lain yaitu, kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu (identifying variables and describing relationship among them), merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian (constructing hyphptheses), serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan suatu gagasan atau keingintahuan (designing and implementing a reserch).
b) Kecakapan Vokasional (vokasional skill)
Kecakapan vokasional juga disebut kecakapan kejuruan artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tetentu yang ada dimasyarakat.
Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan vokasional mencakup kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill). (http://www.mbs-sd.org/isi.php?id=88)
(c) Pendekatan kecakapan hidup secara umum bertujuan memfungsikan pendidikan untuk mengembangkan potensi peserta didik menghadapi perannya di masa datang. Tujuan pendekatan kecakapan hidup secara khusus:
a. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi.
b. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas.
c. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.




D. Penelitian yang Relevan
1. Hasil penelitian dari Irwan. 2006. Penerapan Pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Menggunakan Strategi Belajar Organisasi Pada Materi Pecahan Berdampak Positif Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
2. Hasil penelitian dari Elga Hary Saputro. 2001. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa SMP 1 Dukun Gresik Pada Materi Penggelompokan Makhluk Hidup.
3. Hasil penelitian dari Hendra Eka Nurdianto. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Materi Pencemaran Lingkungan Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa kelas VII SMP Negeri 1 Gempol Pasuruan.















E. Kerangka Konseptual


I. METODE PENELITIA
1. Jenis Penelitian
I. METODE PENELITIA
1. Jenis Peneli












BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah pre eksperimental design, yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Berbasis Kecakapan Hidup (Life Skill).
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di SMP 1 Modo siswa kelas VII. Subjek penelitian meliputi siswa kelas VII yang berjumlah 25. Pemilihan kelas di lakukan secara acak.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Modo kelas VII pada semester genap tahun 2010.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan One Group Pre test- Post test design dengan pola pendekatan sebagai berikut. (Arikunto,2006)



Keterangan :
O1 : Pre test
x : Perlakuan yaitu pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
O2 : Post test



E. Definisi Operasional
a Kecakapan berfikir rasional adalah kecakapan yang mencakup antara lain kecakapan menggali informasi dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif.
b Kecakapan Sosial adalah kecakapan yang mencakup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerjasama, yaitu: kemampuan dalam menjawab pertanyaan guru, kemampuan dalam mengeluarkan pendapat/ide dalam kelompok, kemampuan dalam menghargai pendapat/ide dalam kelompok, kemampuan dalam menuliskan jawaban dalam kelompok, dan kemampuan bekerja sama dalam kelompok.
c Penguasaan konsep adalah penguasaan siswa pada pokok materi Keanekaragaman Makhluk hidup. Diukur dengan lembar Evaluasi.
d Respon siswa adalah tanggapan atau pendapat siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe NHT Berbasis Kecakapan Hidup. Respon siswa dapat diketahui dari hasil angket minat dan motivasi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif pada pokok materi Keanekaragaman Makhluk Hidup.
e Pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis kecakapan hidup merupakan salah satu alternatif peningkatan kemampuan siswa diluar kemampuan akademik, misalnya kemampuan dalam bekerja sama dan bersosialisasi dengan orang lain. Pembelajaran kooperatif tipe NHT akan membuat siswa lebih siap menjawab pertanyaan guru yaitu siswa bersungguh-sungguh dalam memahami jawaban LKS mereka. Hal ini dapat meningkatkan kecakapan berfikir rasional dan kecakapan sosial siswa.



F. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini meliputi :
1) Tahap Perencanaan
a) Penyusunan instrumen penelitian yang berupa:
(1) Lembar penilaian life skill
(2) Lembar soal tes
(3) Lembar angket respon siswa
b) Penyusunan perangkat pembelajaran yang berupa:
(1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
(2) Lembar Kerja Siswa (LKS)
c) Penentuan skor awal
Digunakan untuk penentuan pembagian kelompok berdasarkan perbedaan akademik pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Skor awal tersebut diperoleh dari nilai tes hasil belajar siswa sebelumnya.
2) Tahap Pelaksanaan pembelajaran
Tahap ini peneliti dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kompetensi dan indikator dalam kurikulum KTSP dan ditempuh dalam tiga kali pertemuan dengan menggunakan tahap-tahap Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT yaitu dengan membagi siswa kedalam kelompok-kelompok dan setiap siswa terdiri 4-5 siswa, kelompok-kelompok tersebut dibentuk oleh guru bidang studi Biologi berdasarkan nilai atau prestasi pada semester gasal. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung dilakukan oleh 2 orang pengamat yang bertugas untuk mengamati dan mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan oleh peneliti. Kegiatan belajar mengajar dalam satu sub materi selesai siswa diberi kuis, kemudian setelah selesai semua kegiatan belajar mengajar siswa diberi tes akhir (tes hasil belajar).
G. Perangkat Penelitian
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat oleh guru untuk persiapan mengajar pada setiap kali tatap muka. Rencana pelaksanaan pembelajaran berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, uraian materi, dan kegiatan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar di kelas agar berjalan efektif dan sesuai harapan.
2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa berfungsi untuk menguji kemampuan siswa sesuai dengan pokok bahasan reaksi oksidasi reduksi dan mencakup semuan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Lembar kerja siswa juga berfungsi sebagai acuan dalam proses pembelajaran kooperatif tipe NHT Berbasis Kecakapan Hidup.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Arikunto, 1998: 136). Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Lembar Penilaian Life Skill
Lembar penilaian Life Skill digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Lembar ini berisi tentang aktivitas siswa yang sesuai dengan kecakapan berfikir rasional dan kecakapan sosial.
2. Lembar Soal Tes
Tes yang digunakan adalah tes akhir (postes) untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa secara individu. Tes akhir (postes) dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran.
3. Lembar Angket Respon Siswa
Lembar angket respon siswa digunakan untuk mengetahui bagaimana respon atau pendapat siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT Berbasis Kecakapan Hidup.
I. Metode pengumpulan data
1. Metode pengamatan (obsevarsi)
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data selama pelaksanaan proses belajar mengajar yaitu mengamati kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran dan mengamati aktifitas siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe NHT Berbasis Kecakapan Hidup.
2. Metode tes
Metode tes digunakan untuk mendapat data kuantitatif skor tes sebagai hasil belajar siswa. Tes dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung pada tiap putaran yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi keanekaragaman makhluk hidup melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT Berbasis Kecakapan Hidup.
J. Teknik Analisis Data
Data yang di peroleh dari hasil penelitian dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif, yaitu:
1. Analisis Penilaian Kecakapan Hidup (Life Skill)
Penskoran life skill yaitu setiap aspek yang diamati dinilai dengan skala skor 1 s/d 4 dengan kategori angka-angka yaitu:
1 = kurang sekali 3 = baik
2 = kurang 4 = baik sekali
Data pengamatan pada akhir skor dihitung rata-ratanya dengan persamaan:
Skor =
(Riduwan, 2005:15)

2. Analisis Tes Hasil Belajar
Siswa dianggap telah tuntas belajar jika mencapai nilai minimal 65 serta mencapai daya serap individu minimal 75% dari tujuan pembelajaran yang dicapai dengan menggunakan rumus:

( Ridwan, 2005)
3. Analisis Hasil Angket Respon


Keterangan:
A = Jumlah siswa yang memberikan respon setuju
B = jumlah siswa seluruhnya
(Arikunto,2005)







DAFTAR PUSTAKA

Anwar.2004. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education ) Konsep dan Aplikasi.Bandung: Alfabet.

Departemen pendidikan Nasional. 2006. Silabus Biologi SMP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Saputro , Elga Hary. 2006. Penerapan Pembelajaran kooperatif Think-pair-Share Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa Smp negeri 1 Dukun Gresik Pada pokok Bahasan Pengelompokkan Makhluk Hidup. Skripsi dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2006. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University press.

Manajemen Berbasis Sekolah. 2008. Pendidikan Kecakapan Hidup dan Pendidikan Berbasis Luas. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD Depdiknas.

Masitah & Nur, Mohamad. 2004. Teori Perkembangan Sosial dan Perkembangan Moral. Surabaya: University press.

Pusat Kurikulum. 2006. Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Samani, Muchlas. 2006. Menggagas Kehidupan Bermakna Integrasi Life Skill-KBK-CTL-MBS. Surabaya: SIC.

Samani, Muchlas. 2002. Kecakapan Hidup Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas. Surabaya: Tim Broad Based Education Depdiknas.

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tim Broad Based Education Depdiknas. 2002. Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup. Surabaya: SIC Bekerja sama dengan LPM UNESA Swa Bina Qualita Indonesia-Jatim.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara

http://www.mbs-sd.org/isi.php?id=88. diakses tanggal 20 Desember 2009.

Tidak ada komentar:

Mimpi, simbol ,pertanda dan petualangan akan membawa pembaca seperti mendengar kembali suara suara bijak dalam “The Alchemist” . Dengan bah...