Minggu, 17 Juli 2011

Seputar Bulan Sya'ban

Dinamakan bulan sya'ban karena bangsa arab pada bulan tersebut berpencar untuk mencari air, atau karena ia muncul diantara bulan rajab dan ramadhan. Diriwayatkan dari 'Aisyah radhiallahu'anha bahwa:  Rasulullah  banyak berpuasa (pada bulan sya'ban) sehingga kita mengatakan; beliau tidak pernah berbuka, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah  r berpuasa sebulan penuh kecuali puasa dibulan ramadhan, dan aku tidak 
pernah melihat Rasulullah r banyak berpuasa melebihi puasa dibulan sya'ban (muttafaq 'alaih). 
Ketika Rasulullah  r ditanya oleh Usamah bin Zaid  t kenapa beliau banyak 
berpuasa dibulan sa'ban beliau menjawab: "Karena bulan ini banyak dilalaikan oleh manusia 
padahal pada bulan tersebut akan diangkat amalan-amalan seorang hamba kepada Allah U , dan 
saya ingin amalanku diangkat dan saya sedang berbuasa" (HR. Abu Dawud dan An Nasai, lihat 
shahih targhib wat tarhib 425 dan shahih abu Dawud 2/461)        
Ibnu Rajab berkata: "Puasa dibulan sya'ban lebih utama daripada puasa dibulanbulan haram, dan sebaik-baik amalan sunnah adalah yang dilakukan ketika dekat dengan 
bulan suci ramadhan baik sebelum maupun sesudahnya, maka puasa pada bulan ini 
kedudukannya seperti sunnah-sunnah rawatib sebelum atau sesudah fardhu dan 
berfungsi untuk melengkapi jika ada kekukarang pada amalan fardhu tersebut. 
Demikian pula puasa sebelum dan sesudah ramadhan memiliki keutamaan lebih 
dibanding puasa-puasa lain yang bersifat mutlak atau umum. Oleh karena itu puasa yang 
dilakukan ketika sudah mendekati ramdhan lebih utama disbanding puasa-puasa yang 
dilakukan jauh dari bulan suci ini". 
Sabda rasulullah  r yang menyebutkan bahwa bulan sya'ban ini banyak dilalaikan 
oleh manusia menunjukan akan dianjurkannya kita untuk menggunakan waktu untuk 
ketaatan disaat manusia banyak melalaikannya, sebagaimana    kita dianjurkan untuk 
banyak berdzikir dipasar diamana kebanyakan orang ditempat tesebut lalai akan akhirat 
dan disibukkan dengan urusan duniawi, diantara faidah yang bisa kita petik dari hal ini, 
diantaranya: 
- ibadah pada waktu orang sedang lalai lebih membantu kita untuk berbuat ikhlas 
karena kita mengamalkan sesuatu yang tidak diketahui oleh banyak orang, apalagi puasa 
yang merupakan rahasia antara Allah dan hamba-Nya.   
- demikian juga beramal pada saat manusia lalai terasa lebih berat disbanding jika 
kita melakukan amalan secara beramai-ramai. 2
Para ulama berbeda pendapat tentang sebab kenapa Rasulullah r banyak berpuasa 
dibulan sya'ban, diantara pendapat mereka antara lain: 
1. Beliau    terkadang meninggalkan puasa tiga hari disetiap bulannya karena 
safar atau karena hal lain, oleh karena itu beliau menggumpulkannya dan 
menggantinya dibulan sya'ban, sebab apabila beliau melakukan suatu 
amalan beliau akan selalu melakukannya dan jika ada yang tertinggal maka 
beliau mengqadhanya. 
2. Disebutkan bahwa beliau banyak puasa pada bulan sya'ban karena manusia 
banyak melalaikannya, dan barangkali ini adalah yang paling tepat 
sebagaimana yang diterangkan dalam hadits Usamah bin Zaid diatas. 
Rasulullah  r terbiasa jika beliau belum sempat mengqadha puasa-puasa sunnah 
maka meliau menggantinya dibulan sya'ban sebelum datangnya bulan ramadhan, 
demikian pula jika ada shalat-shalat sunnah yang pernah terlewatkan maka beliau 
mengqadhanya pada waktu yang lain. Disamping itu puasa sunnah dibulan sya'ban juga 
merupaka latihan agar terbiasa melakukan puasa sehingga puasa ramadhan akan terasa 
ringan karena ia sudah terbiasa berpuasa sebelumnya. 
Dikarenakan puasa sya'ban merupaka mukaddimah untuk memasuki puasa 
ramadhan, maka dianjurkan pula untuk banyak membaca al quran dan bersedekah serta 
memperbanyak amalan-amalan shalih lainnya. Hanya saja kita dilarang untuk melakukan 
puasa ketika sudah mendekati akhir sya'ban kecuali jika kita sudah terbiasa berpuasa 
sebelumnya, karena Rasulullah  r melarang kita untuk mendahului bulan ramadhan 
dengan puasa sunnah satu atau dua hari sebelumnya hal ini supaya kita tidak menambah 
ramadhan dengan puasa lain yang bukan termasuk darinya, kita juga dilarang berpuasa 
pada hari  syak (ragu-ragu antara akhir sya'ban atau awal ramadhan), beliau bersabda: 
"Barangsiapa yang berpuasa pada hari syak maka ia telah berbuat maksiat terhadap Abu Qashim 
(Rasulullah r)". Itu semua dimaksudkan supaya ada pembatas antara puasa sunnah dan 
puasa wajib karena kita diperintahkan untuk membedakan antara keduanya, 
sebagaimana kita juga dilarang untuk berpuasa pada hari raya.  
Suatu hari Rasulullah  r melihat sesorang yang melakukan shalat sunnah fajar 
setelah iqamat dikumandangkan lalu beliau menegur:"Apakah shalat subuh empat rakaat" 
(HR. Bukhari). Hadits ini juga dijadikan dalil sebagai larangan untuk melakukan shalat 
sunnah setelah iqamat dikumandangkan kecuali jika ia sudah terlanjur melakukannya  
maka ia boleh memilih antara meneruskan atau membatalkannya. 

Sumber: 
- website islam soal jawab. 
- Majmu' fatawa Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah (2/882)


Mimpi, simbol ,pertanda dan petualangan akan membawa pembaca seperti mendengar kembali suara suara bijak dalam “The Alchemist” . Dengan bah...